Menjadi LPAUD yang diminati
masyarakat, yakni hasrat bagi tiap-tiap LPAUD. Bukan hal yang gampang untuk
menghasilkan hal itu, tetapi juga bukan sesuatu yang susah, bagi LPAUD yang
berharap berprofesi keras. Sebagian indikator yang dapat dibuat rujukan dalam
memaksimalkan LPAUD ialah Standar
Nasional Pengajaran (SNP) PAUD yang
tertuang dalam Permendikbud 146 tahun 2014.Standar Nasional Pengajaran
Kecil Umur Dini berikutnya disebut Standar PAUD ialah kriteria seputar pengelolaan
dan penyelenggaraan PAUD di segala kawasan regulasi Negara Kesatuan Republik
Indonesia.(Kemendikbud, 2014)
Ruang lingkup, fungsi dan tujuan
standar PAUD
sebagaimana tertuang dalam
Permendikbud Nomor 146 tahun 2014 ialah ; a. Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Kecil; b. Standar Isi; c. Standar Progres; d. Standar Pengukuran;
e. Standar Pengajar dan Energi Kependidikan; f. Standar Sarana dan Prasarana;
g. Standar Pengelolaan; dan h. Standar Pembiayaan. Standar PAUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yakni satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam
pengelolaan dan penyelenggaraan
pengajaran si kecil umur dini.
Standar PAUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi rujukan dalam
pengembangan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PAUD.(Kemendikbud, 2014)
Untuk menjadi LPAUD yang
berkwalitas, paling tak patut memenuhi standar PAUD yang telah ditentukan oleh
pemerintah menurut permendikbud hal yang demikian. Indikator kualitas LPAUD
ialah poin akreditasi yang dikeluarkan oleh Badan Akreditadi Nasional Pendidkan
Pengajaran Kecil Umur Dini dan Pengajaran Nonformal (BAN-PNF). Dengan demikian
hal pertama yang patut dilihat oleh LPAUD ialah penataan standar PAUD yang
telah dikendalikan dalam Permendikbud hal yang demikian. Untuk menghasilkan hal
hal yang demikian, tentunya dibutuhkan tarif, dan kerja keras dari segala
bagian LPAUD, mulai dari Badan Pengelola, Kepala, Sekolah, Guru dan Ayah murid
serta masyarakat.
Pada kenyataannya beberapa besar
LPAUD utamanya LPAUD swasta mengalami
kesusahan dalam memenuhi standar hal yang demikian imbas kurangnya dana yang
dimiliki. Beberapa besar LPAUD swasta cuma mengandalkan sumber pendanaan dari
tarif SPP yang dibayarkan si kecil tiap-tiap bulan dengan nominal yang rendah,
rata-rata mulai dari 10 ribu sampai 50
ribu. Sumber dana yang diperoleh ini tak sepadan dengan keperluan LPAUD dalam
menyelenggarakan pelajaran.
Pun di sebagian daerah, guru rela
tak digaji, supaya cara kerja pelajaran konsisten berlangsung. Jadi boro-boro
memenuhi Standar PAUD, untuk memenuhi keutuhan sehari-hari saja belum cukup.
Kemudian, bagaimana taktik yang
ideal supaya LPAUD bisa diminati masyarakat dengan keadaan keterbatasan yang
dimiliki oleh LPAUD ? Dalam artikel ini aku mencoba memberikan pilihan
sistem yang dapat dijalankan, antara lain
ialah :
Pertama : Tunjukkan kwalitas atau
hasil pelajaran si kecil yang menonjol dan dapat dinikmati oleh orang
tua.
Seumpama, Kita mengajari sopan
santun terhadap si kecil, tata sistem memperkenalkan permintaan terhadap orang
tua dengan sistem berbisik (pembiasaan si kecil memperkenalkan permintaan
dengan berbisik). Kita maklum bahwa beberapa besar si kecil-si kecil
memperkenalkan permintaan terhadap orang tua dengan berteriak, malah dengan
nada tinggi, pun kadang disertai dengan tangisan pilu. Istiadat ini acap kali
membikin orang tua malu sebab didengar oleh tetangga, atau orang disekitarnya.
Apalagi sekiranya yang dipinta diluar kecakapan dan keinginan orang tua. Dengan
budaya berbisik hal yang demikian, menjadi solusi bagi orang tua terhindari dari
rasa malu, dan si kecil meningkat sopan santunnya. Sesudah orang
tua menikmati manfaat dari LPAUD,
pastinya para orang tua dengan sendirinya akan menyebutkan terhadap orang
disekitarnya seputar kwalitas LPAUD dimana si kecilnya diajarkan.
Kedua : Komunikasi yang bagus antara pihak LPAUD
dengan orang tua.
Berdasarkan Riant Nugroho
(2004:72) tujuan komunikasi ialah menghasilkan pemahaman bersama atau merubah
persepsi, malah perilaku. Padahal berdasarkan Katz an Robert Kahn yang yakni
hal utama dari komunikasi ialah
pertukaran berita dan penyampaian
makna suatu system social atau organisasi LPAUD pada waktu yang diatur
mengadakan sosialiasi visi, misi dan tujuan serta program LPAUD terhadap
masyarakat, bagus melewati forum pertemuan orang tua ataupun melewati forum
lainnya. Kali ini dijalankan untuk menjaga supaya tak terjadi perbedaan tujuan
dalam mengajar si kecil. Semisal kita jumpai si kecil linglung,
mengenai siapa yang benar, orang tua ataukah gurunya di LPAUD. Seumpama guru
mengajari si kecil berbagi, tetapi disisi lain orang tua melarang si kecilnya
berbagi, dan banyak
figur lainnya.
Ketiga : Ciptakan wadah kreativitas dan prestasi si
kecil yang bisa diamati seketika oleh masyarakat.
Salah satu wadah kreativitas dan
prestasi si kecil ialah dengan diselenggarakannya panggung seni, umumnya
diadakan tiap-tiap akhir tahun pembelajaran. Panggung Seni diisi dengan tarian,
baca puisi, baca doa harian, bernyanyi dan lain-lain oleh si kecil-si kecil
pada LAPUD. Panggung Seni menjadi kekuatan tarik tersendiri bagi masyarakat.
Masyarakat bisa secara seketika bisa memperhatikan kreativitas serta prestasi
si kecil-si kecil sehingga bisa menjadi kancah promosi yang benar-benar tepat
sasaran bagi LPUAD.
Keempat : Progres pelajaran melibatkan masyrakat
(pelajaran berbasis masyarakat)
Semisal pelajaran yang dilakukan
LPAUD tak cuma didalam kelas, tetapi bisa juga dilakukan
diluar kelas melibatkan
masyarakat. Kali ini disamping yakni aktivitas yang benar-benar disukai si
kecil-si kecil, aktivitas ini bisa juga bisa juga menjadi kembanggaan utamanya
bagi masyarakat yang terlibat seketika dalam pengerjaan
pelajaran. Seumpama aktivitas
bercocok tanam yang dilakukan di kebun masyarakat, aktivitas mengetahui hewan,
ikan, kambing, sapi dan lain-lain, di kolam atau sangkar milik masyarakat.
secara prinsip pengajaran berbasis masyarakat ialah pengajaran yang dirancang,
dikendalikan, dilakukan, dievaluasi dan dioptimalkan oleh masyarakat yang
mengarah pada usaha untuk
menjawab tantangan dan kans yang ada dengan berorientasi pada masa depan serta
memanfaatkan kemajuan teknologi.
pengajaran ini yang dioptimalkan atas inisiatif warga masyarakat untuk
menjawab problema hidupnya, dikelola secara mandiri dengan memanfaatkan
fasilitas yang dimiliki
masyarakat serta menekankan
pentingnya partisipasi tiap-tiap warga pada tiap-tiap aktivitas belajar. Oleh
sebab itu, pengajaran berbasis masyarakat pada dasarnya dirancang oleh
masyarakat untuk membelajarkan mereka sendiri sehingga lebih berdaya, dalam
arti mempunyai energi untuk membangun dirinya sendiri melewati interaksi dengan
lingkungannya. (Zubaedi, n.d.)
Kelima : Alat Permainan Edukatif (APE) luar yang
komplit.
Alat permainan yang komplit,
terpasang rapi, penuh warna warni di luar gedung sekolah menjadi kekuatan tarik
tersendiri bagi masyarakat, utamanya si kecil-si kecil untuk belajar di LPAUD
hal yang demikian. Beberapa besar si kecil-si kecil mewujudkan alasan adanya
APE luar untuk berguru.